Reformasi Protestan Keperawanan_abadi_Maria

Masa awal Reformasi Protestan pada permulaan abad ke-16 tidak dengan segera menimbulkan suatu penolakan akan doktrin keperawanan abadi dan beberapa pemimpin Reformasi tersebut menyediakan berbagai tingkatan dukungan akan doktrin itu, tanpa secara langsung mendukungnya.[69][70]

Para reformis awal Protestan merasa bahwa teks Alkitab secara eksplisit diperlukan untuk menerima hal-hal terkait kelahiran Yesus dari perawan, tetapi yang diterima hanyalah keperawanan abadi.[71] Seiring berjalannya waktu, beberapa gereja Protestan berhenti mengajarkan doktrin tersebut dan beberapa gereja Protestan lainnya bahkan menyangkalnya.[14][15] Namun banyak denominasi Protestan lain, seperti Lutheran dan Anglikan, tetap mempertahankan doktrin keperawanan abadi Maria hingga sekarang.[16]

Para reformator awal

[[Berkas:StPierreJeuneP156.JPG|jmpl|kiri|Patung Maria di Gereja Protestan Saint-Pierre-le-Jeune (Lutheran), Strasbourg]] Martin Luther mempercayai bahwa Maria tidak memiliki anak lain, selain Yesus, dan tidak melakukan hubungan suami istri dengan Yusuf. Naskah Latin dari Smalcald Articles, yang ditulis oleh Luther, menggunakan istilah "Tetap Perawan" (Ever Virgin) untuk merujuk Maria.[69] Keperawanan abadi Maria merupakan keyakinan Luther sepanjang hidupnya, walau ia menolak doktrin-doktrin lain mengenai Maria selain "Bunda Allah".[69][72][73][74]

Ulrich Zwingli mendukung keperawanan abadi dan menulis: "Saya sangat percaya bahwa [Maria], ... selamanya tetap seorang Perawan yang utuh, murni."[75] Para reformator dari Inggris juga mendukung konsep keperawanan abadi, tapi alasan mereka beragam atas dukungan tersebut.[70] Dukungan Luther dan Zwingli atas keperawanan abadi disahkan oleh Heinrich Bullinger dan dimasukkan dalam Helvetic Confessions.[76]

Pandangan Yohanes Calvin tidaklah sejelas Luther mengenai keperawanan abadi Maria,[70] dan ia mewaspadai apa yang ia anggap "spekulasi fasik" pada topik tersebut.[76] Dalam komentarnya atas Lukas 1:34, ia menolak dan menganggap "tidak berdasar dan sama sekali tidak masuk akal" gagasan bahwa Maria telah membuat sumpah keperawanan abadi, dengan mengatakan bahwa "Ia, dalam hal itu, tentu akan melakukan pengkhianatan dengan membiarkan dirinya dipersatukan dengan seorang suami, dan tentu akan mencurahkan penghinaan pada janji suci perkawinan; yang mana tidaklah mungkin dilakukan tanpa cemoohan Allah" dan menambahkan bahwa tidak ada bukti keberadaan sumpah tersebut pada masa itu.[77] Meski selibat atau abstinensi dalam perkawinan bukannya tidak dikenal dalam tradisi Yahudi dalam menanggapi perintah Allah dan partisipasi dalam pelayanan-Nya.[78][79] Calvin juga menolak pendapat yang mendasarkan pada teks Matius 1:25 (Helvidius menyimpulkan Maria memiliki anak lagi karena frasa firstborn son) bahwa Maria mempunyai anak yang lain.[80]

Para reformator Anglikan dari abad ke-16 dan 17, misalnya Hugh Latimer dan Thomas Cranmer,[13] mendukung keperawanan abadi "atas dasar otoritas Kekristenan zaman dulu".[69] Pada abad ke-18, John Wesley, salah satu pendiri Metodisme, juga mendukung doktrin keperawanan abadi maria dan menuliskan bahwa: "... lahir dari Perawan Maria yang terberkati, yang juga setelahnya seperti sebelum ia melahirkan-Nya, melanjutkan suatu keperawanan yang murni dan tak ternoda."[69][81][82]

Ajaran Protestan kemudian

[[Berkas:OL Walsingham IV.jpg|jmpl|"Rumah Suci" untuk menghormati Maria, tempat ziarah Anglikan di Walsingham]] Diarmaid MacCulloch, seorang sejarawan Reformasi Protestan, menuliskan bahwa alasan mengapa para reformis awal menjunjung keperawanan awal Maria adalah karena ia merupakan "jaminan atas Inkarnasi Kristus", suatu ajaran yang ditolak oleh kalangan radikal lainnya yang menyangkal keperawanan abadi Maria.[83][84] Namun, tidak adanya pernyataan yang meyakinkan dari Alkitab, bersama dengan prinsip sola scriptura dan kecenderungan yang mengaitkan penghormatan pada Maria dengan penyembahan berhala, membuat acuan-acuan atas doktrin tersebut tidak masuk dalam pengakuan-pengakuan iman Reformasi.[85] Semua hal tersebut, dan penolakan atas selibat kaum rohaniwan,[86] pada akhirnya menyebabkan penolakan atas doktrin ini di banyak kalangan Protestan yang memandang kata "saudara" (Yunani: ἀδελφοίcode: el is deprecated ) Yesus dalam Perjanjian Baru sebagai anak kandung Maria, yang mengakibatkan sulitnya menjawab pertanyaan mengapa Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid yang dikasihinya (Yohanes 19:26-27) dengan asumsi bahwa ibu-Nya masih memiliki anak-anak kandung lain.[87]

Namun beberapa cendekiawan Lutheran yang konservatif, seperti Franz Pieper (1852-1931), menolak untuk mengikuti kecenderungan di antara kalangan Protestan Nonconformist yang bersikeras bahwa Maria dan Yosef menjalin hubungan suami istri dan mempunyai anak-anak lain setelah melahirkan Yesus. Hal ini tersirat dalam karyanya, Christian Dogmatis, yang menyatakan bahwa kepercayaan atas keperawanan abadi Maria merupakan pandangan yang sudah lebih lama dan menjadi tradisi di kalangan Lutheran.[88] Ia mengatakan: "seharusnya cukuplah kita berpegang bahwa [Maria] tetap seorang perawan setelah kelahiran Kristus karena Alkitab tidak menyatakan atau menunjukkan bahwa ia kemudian kehilangan keperawanannya".[89][90] Ia mengajarkan bahwa "Kristus, Juruselamat kita, adalah buah nyata dan alami dari rahim suci Maria ... Ini tanpa andil seorang laki-laki, dan Perawan Maria tidak melahirkan anak-anak selain Dia ... Saya cenderung untuk setuju dengan mereka yang menyatakan bahwa 'saudara' benar-benar berarti 'sepupu' di sini, sebab Kitab Suci dan orang-orang Yahudi selalu menyebut sepupu sebagai saudara".[91] Vincent Taylor menentang pandangan ini dengan menekankan bahwa apabila mereka benar-benar sepupu, kata 'adelphoi' (saudara) tidaklah diperlukan secara linguistik dan tidak layak secara metafora, sebab ada kata 'anepsios' (sepupu, Kolose 4:10).[92] Meski kata 'anepsios' juga digunakan untuk menyebut keponakan atau kemenakan.[93][94] Namun sebagaimana dikutip oleh Eusebius dalam Historia Ecclesiastica (III.39.14), bahasa ibu dari Yesus dan Matius bukanlah bahasa Yunani, tetapi Aramaik (seperti pada Matius 27:46; Markus 5:41, 15:34) yang tidak memiliki kosakata khusus untuk "sepupu",[84] sehingga membuat penerjemahannya lebih rumit, terlebih jika hanya mengandalkan apa yang tertulis dalam Alkitab.

Banyak gereja Protestan saat ini mengajarkan kelahiran Yesus dari perawan tanpa mengajarkan bahwa Maria tetap seorang perawan selama sisa hidupnya di dunia.[14][15] Tetapi beberapa kalangan Protestan menjadi lebih terbuka bagi Mariologi, terutama sejak Konsili Vatikan II, ditandai dengan terbentuknya "Ecumenical Society of Our Lady" pada tahun 1967.[15]

Rujukan

WikiPedia: Keperawanan_abadi_Maria http://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1K.HTM http://www.ocf.org/OrthodoxPage/liturgy/liturgy.ht... http://www.coptic.net/prayers/StBasilLiturgy.html http://www.copticchurch.net/topics/liturgy/liturgy... http://web.ukonline.co.uk/ephrem/lit-james.htm https://web.archive.org/web/20080615045105/http://... http://www.frmichel.najim.net/liturgyvid.pdf http://www.peshitta.org/pdf/wigram.pdf https://books.google.co.id/books?id=Dx4WrfzZMsoC http://www.prounione.urbe.it/pdf/f_prounione_bulle...